Wednesday, June 10, 2015

ABC#127

Salam Mahabbah Fillah 25 Syaaban 1436H.. Malam JUMAAT yang ceria, damai dan penuh cinta-NYA. Semoga segala urusan kita sepanjang hari ini DIA permudahkan. Segunung Kasih, Selangit Sayang, Selaut Cinta di Muara RINDU buat semua sahabat fillah yang dikasihi kerana ALLAH.

ALHAMDULILLAH.. Terima kasih Ya ALLAH atas nikmat Ihsan, Iman dan Islam anugerah teragungMU buat diri kami sehingga detik MASA ini.

Dengan lafaz BISMILLAH.. Lakaran bicara hati emas ini dimulakan buat peringatan yang sering alpa dan penuh kekhilafan.


Always remember, ALLAH doesn't need you. 
It's You who need ALLAH. 
Work hard to please HIM.


RINDU-mu RAMADHAN [sila KLIK]

Ya RAMADHAN
Hadirmu menjengah syahdu
Pada HATI yang menunggu
Sebening RINDU

Kau sirami taman 
Menyegarkan iman 
Diri yang ketandusan 
Mekar bak bungaan

Kala RAMADHAN menjelma 
Bersyukurlah kita
Kerna bulan mulia 
Ada rahmat padanya
Kala ada keampunan
Ada kebebasan
Dari azabNYA
Jangan persiakan

Ayuh bersama raikannya

Puasa tarbiah
Didik nafsu dan kawal lidah
Kalam madah ZIKRULLAH
Memuji ALLAH

Malamnya ibadah
Dengan jiwa yang mujahadah
Pasrah dan berserah 
Kepada ALLAH

RAMADHAN berlalu
Bila sampai waktu
Mungkinkah aku
Bertemu denganmu

RAMADHAN ku RINDU
Di ruangan waktu
Mungkinkah aku 
Bertemu denganmu

-------

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATI-NYA
*******

Anakku…
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.


Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.


Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?

Anakku...
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,



Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. 

Ketahuilah, "Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri".

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah….

Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : "Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".

Anakku…

Allah berfirman: 
"Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal" [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.



Ya ALLAH Ya WADUD Yang Maha Pencinta..
Sesungguhnya aku mencintai GURU PERTAMA-ku JAMILAH BINTI IBRAHIM, 
Maka cintailah GURU PERTAMA-ku serta cintailah siapa yang mencintainya.
Allahumma Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin..


"Wahai TUHAN kami, berilah kami isteri-isteri dan zuriat keturunan kami perkara-perkara yang menyukakan hati (penyejuk mata hati) apabila melihatnya, dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa."
(QS. Al-Furqan, 25:74)


“Ya ALLAH Ya WADUD Yang Maha Pencinta..
Kau kurniakan kepada kami pendamping yang terbaik, 
pernikahan yang berkah, 
rumahtangga yang sakinah, 
keturunan yang soleh dan solehah.
Allahumma Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin..”


Jauh di Mata Namun Dekat di DOA
*******
Namamu masih sering kusebut dalam bingkisan DOA-ku.
Namamu yang masih ku simpan dalam memori tersendiri dalam ingatanku.
Namamu yang tak bisa kutinggalkan 
saat aku memohon dan meminta kepada RABB-ku.
Sebuah nama yang entah itu akan Allah pertemukan dan satukan tidaknya denganku 
hanya ALLAH Yang Maha Tahu.

Saat ini memang aku jauh dari dirimu bahkan melihatmu pun aku tak mampu.
Saat ini memang aku tak selalu ada untuk menemani dan mendampingimu
Engkau yang jauh di mata namun dekat dalam DOA-ku.
Engkau yang mungkin pernah bertemu denganku namun ALLAH belum izinkan untuk bersatu.

Tanpa kau meminta aku pun selalu mendoakanmu.
Mendoakan keberhasilan dan proses memperbaiki dirimu 
untuk menjadi Pangeran Bertaqwa-ku.
Semoga ALLAH selalu menjaga HATI, NIAT, dan IMAN kita 
untuk mengejar REDHA-NYA selalu.
Satu NAMA yang ku sebut adalah 
untuk kamu jodoh calon IMAM TERPILIH-ku.

Entah di mana, entah kapan, entah seperti caranya bertemu 
dan entah siapapun itu aku menunggu dalam penantianku.
Entah pula jodohku yang akan menjemput lebih dulu 
atau maut yang menghampiriku terlebih dahulu.
Yang aku tahu ketika aku di sini memperbaiki diriku 
SAAT itu pula ALLAH memperbaiki dirimu.
Yang aku tahu jika maut menjemputku lebih dulu 
mungkin ALLAH pertemukan aku dengan dirimu 
di tempat yang ALLAH janjikan untuk kita.

Jika kita tidak dipertemukan di sini..
IN SHAA ALLAH kita akan dipertemukan di syurga nanti..
Kuyakin PASTI berlaku dengan izin-NYA
Biiznillah..

No Khalwat Until Akad

-------
#ALHAMDULILLAH.. Allah Beri Cinta-NYA.. 25-08-1436H | 11-06-2015M


No comments:

Post a Comment